Rabu, 20 Juli 2011

Abu Nawas dan Harimau Berjenggot



“Hai Abu Nawas,” seru Khalifah Harun Al-Rasyid. “Sekarang juga kamu harus dapat mempersembahkan kepadaku seekor harimau berjenggot, jika gagal, aku bunuh kau.”
Kata-kata itu merupakan perintah Sultan yang diucapkan dengan penuh tegas dan kegeraman. Dari bentuk mulutnya ketika mengucapkan kalimat itu jelas betapa Sultan menaruh dendam kesumat kepada Abu Nawas yang telah berkali-kali mempermainkan dirinya dengan cara-cara yang sangat kurang ajar. Perintah itu merupakan cara Baginda untuk dapat membunuh Abu Nawas.
“Ya tuanku Syah Alam,” jawab Abu Nawas. “semua perintah paduka akan hamba laksanakan, namun untuk yang satu ini hamba mohon waktu delapan hari.”
“Baik,” kata Baginda.
Alkisah, pulanglah Abu Nawas ke rumah. Agaknya ia sudah menangkap gelagat bahwa Raja sangat marah kepadanya, dicarinya akal supaya dapat mencelakakan  diriku, agar terbalas dendamnya,” pikir Abu Nawas. “jadi aku juga harus berhati-hati.”
Sesampainya di rumah dipanggilnya emapt orang tukang kayu dan disuruhnya membuat kandang macan. Hanya dalam waktu tiga hari kandang itu pun siap sudah. Kepada istrinya ia berpesan agar menjamu orang yang berjenggot yang datang kerumah. “Apabila adinda dengar kakanda mengetuk pintu kelak, suruh dia masuk kedalam kandang itu,” kata Abu Nawas sambil menunjuk kandang tersebut. Ia kemudian bergegas pergi ke Musalla dengan membawa sajadah.
“Baik,” kata istrinya.
“Hai Abu Nawas, tumben Lu shalat di sini?” bertanya Imam dan penghulu mushalla itu.
Sebenarnya saya mau menceritakan hal ini kepada orang lain, tapi kalau tidak kepada tuan penghulu kepada siapa lagi saya mengadu,” jawab Abu Nawas. “Tadi malam saya ribut dengan istri saya, itu sebabnya saya tidak mau pulang ke rumah.”
“Pucuk dicinta, ulam tiba,” pikir penghulu itu. “Kubiarkan Abu Nawas tidur disini dan aku pergi kerumah Abu Nawas menemui istrinya, sudah lama aku menaruh hati kepada perempuan cantik itu.”
“Hai Abu Nawas,” kata si penghulu, “Bolehkah aku menyelesaikan perselisihan  dengan istrimu itu?”
“Silakan,” jawab Abu Nawas. “Hamba sangat berterima kasih atas kebaikan hati tuan.”
Maka pergilah penghulu ke rumah Abu Nawas dengan hati berbungan-bunga, dan dengan wajah berseri-seri diketuknya pintu rumah Abu Nawas. Begitu pintu terbuka ia langsung mengamit istri Abu Nawas dan diajak duduk bersanding.
“Hai Adinda,,,” katanya. “Apa gunanya punya suami jahat dan melarat, lagi pula Abu Nawas hidupnya tak karuan, lebih baik kamu jadi istriku, kamu dapat hidup senang dan tidak kekurangan suatu apa.”
“Baiklah kalau keinginan tuan demikian,” jawab istri Abu awas.
Tak berapa lama kemudian terdengar pintu diketuk orng, ketukan itu membuat penghulu belingsatan, “kemana aku harus bersembunyi ia bertanya kepada nyonya rumah.
“Tuan penghulu….”  Jawab istri Abu Nawas, “Silahkan bersembunyi di dalam kandang itu,” ia lalu menunjuk kandang yang terletak di dalam kamar Abu Nawas.
Tanpa pikir panjang lagi penghulu itu masuk ke dalam kandang itu dan menutupnya dari dalam, sedangkan istri Abu Nawas segera membuka pintu, sambil menengok ke kiri-kanan, Abu Nawas masuk ke dalam rumah.
“Hai Adinda, apa yang ada di dalam kandang itu.?” Tanya Abu Nawas.
“Tidak ada apa-apa,” jawab Istrinya. “Apa putih-putih itu?” tanya Abu Nawas, lalu dilihatnya penghulu itu gemetar karena malu dan ketakutan.
Setelah delapan hari Abu Nawas memanggil delapan kuli untuk memikul kandang itu ke Istana. Di Bagdad orang  gempar ingin melihat Harimau berjenggot. Seumur hidup, jangankan melihat,  mendengar harimau berjenggot pun belum pernah. Kini Abu Nawas malah dapat seekor. Mereka terheran-heran akan kehebatan Abu Nawas. Tetapi begitu dilihat penghulu di dalam kandang, mereka tidak bisa bilang apa-apa selain mengiringi kandang itu sampai ke Istana hingga menjadi arak-arakan yang panjang. Si penghulu malu bukan main, arang di muka kemana hendak disembunyikan. Tidak lama kemudia sampailah iring-iringan itu ke dalam Istana.
“Hai Abu Nawas, apa kabar?” tanya Baginda Sultan, “Apa kamu sudah berhasil mendapatkan harimau berjenggot?”
“Dengan berkat dan doa tuanku, Alhamdulillah hamba berhasil,” jawab Abu Nawas.
Maka dibawalah kandang itu ke hadapan Baginda, ketika Baginda hendak melihat harimau tersebut, si penghulu memalingkan mukanya ke arah lain dengan muka merah padam karena malu, akan tetapi kemanapun ia menoleh, kesitu pula Baginda memelototkan matanya. Tiba-tiba Baginda menggeleng-gelengkan kepala dengan takjub, sebab menurut penglihatan beliau yang ada di dalam kandang itu adalah penghulu Musalla. Abu Nawas buru-buru menimpali, “Ya tuanku, itulah Harimau berjenggot.”
Tapi baginda tidak cepat tanggap, beliau termenung sesaat, kenapa penghulu dikatakan harimau berjenggot, tiba-tiba baginda bergoyang kekiri dan ke kanan seperti orang berdoa. “Hm, hm, hm oh penghulu…”
“Ya Tuanku Syah Alam,” kata Abu Nawas, “Perlukah hamba memberitahukan kenapa hamba dapat menangkap harimau berjenggot ini di rumah hamba sendiri ?”
“Ya, ya,” ujar Baginda sambil menoleh ke kandang itu dengan mata berapi-api. “ya aku maklum sudah.”
Bukan main murka baginda kepada penghulu itu, sebab ia yang semestinya menegakkan hukum, ia pula yang melanggarnya, ia telah berkhianat. Baginda segera memerintahkan punggawa mengeluarkan penghulu dari kandang dan diarak keliling pasar setelah sebelumnya di cukur segi empat, agar diketahui oleh seluruh rakyat betapa aibnya orang yang berkhianat.www.thunderblogcom.blogspot.com

Selasa, 17 Mei 2011

mencari harta haram pun susah ?

Mencari Harta Haram-pun Susah?

awas-bahaya-laten1“Mas, saiki mencari duit dari yang haram we susah…apalagi yang halal” sebuah ungkapan yang mengerikan bagi para pencari syurga. Dan itu pasti muncul dari seseorang yang sedang putus asa dan dalam cengkeraman syetan. Ungkapan tersebut hanyalah anekdot, tetapi saat ini suka atau tidak suka anekdot itu telah menjadi keumuman dalam kenyataan.
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: يَأْتِى عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يُبَالِى اْلمَرْءُ مَا اَخَذَ مِنْهُ اَ مِنَ اْلحَلاَلِ اَمْ مِنَ اْلحَرَامِ. البخارى

Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Akan datang suatu masa, ketika itu orang tidak lagi mempedulikan apa-apa yang dia dapatkan, apakah termasuk yang halal atau yang haram”. [HR. Bukhari juz 3, hal. 6]

Uniknya, kesuksesan mencari yang haram ini bukan dipicu karena susahnya mencari yang halal tetapi bisa juga disebabkan faktor RAKUSS. Yang halal pun telah ditangan, tetapi demi memenuhi syahwat perut yang tiada ujung kemudian memberikan legitimasi kepada tangan dan otak untuk meraih yang haram-haram itu.

Penghasilan atau gaji telah didapat, tetapi usaha untuk meraih yang lebih dengan cara-cara curang dan haram tetap saja dilakukan. Lupa bahwa Allah Maha Melihat dan lupa Malaikat pencatat tidak pernah lalai secuilpun.
عَنْ اَبِى بَرْزَةَ اْلاَسْلَمِيّ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لاَ تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيْمَا اَفْنَاهُ، وَ عَنْ عِلْمِهِ فِيْمَا فَعَلَ، وَ عَنْ مَالِهِ مِنْ اَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَ فِيْمَا اَنْفَقَهُ، وَ عَنْ جِسْمِهِ فِيْمَا اَبْلاَهُ

Dari Abu Barzah Al-Aslamiy, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan bergerak kedua tapak kaki seorang hamba (pada hari qiyamat) sehingga ditanya tentang umurnya untuk apa dia habiskan, tentang ilmunya untuk apa dia gunakan, tentang hartanya dari mana dia mendapatkannya dan untuk apa dia membelanjakannya, dan tentang badannya untuk apa dia memanfaatkannya”. [HR. Tirmidzi 4, hal. 36, no. 2532, dan ia berkata : Ini hadits hasan shahih]

Sobat, bekerja keras dengan niat ibadah adalah ciri utama manusia beriman. Konon usaha kerja keras manusia beriman demi memenuhi kebutuhan keluarga akan mampu menghapuskan dosa-dosa yang tidak bisa dihapus dengan amalan shalat dan puasa. Trus bekerja yang bagaimana yang dimaksud?
اِنَّ مِنَ الذُّنُوْبِ ذُنُوْبًا لاَ يُكَفّرُهَا الصَّلاَةُ وَ لاَ الصَّدَقَةُ وَ لاَ اْلحَجُّ، وَ يُكَفّرُهَا اْلهَمُّ فِى طَلَبِ اْلمَعِيْشَةِ. ابن بباويه و الطبرانى

Sesungguhnya diantara dosa-dosa itu ada dosa-dosa yang tidak bisa terhapus oleh shalat, sedeqah dan hajji. Tetapi bisa terhapus oleh lelahnya seseorang dalam mencari ma‘isyah. [HR. Ibnu Babawaih dan Thabrani]

Bekerja dengan niat ibadah, bekerja dengan ikhlas dan bekerja yang tetap berpegang kepada rambu-rambu keimanan. Bekerja dengan niat lurus dan kuat akan menimbulkan semangat dan kesungguhan yang luar biasa. Sehingga nantinya akan membuka pintu-pintu rizki yang telah diberikan Allah untuk dirinya.

1. Niat untuk Ibadah

Inilah hal utama yang terkadang terlupa. Karena sudah menjadi rutinitas pokok sehingga menjadi lupa untuk berniat bahkan berdoa sebelum memulai pekerjaan. Niat dan doa akan memberikan energi positip dalam mengerjakan tahapan pekerjaan dan usaha yang kita lakukan. Sunnatullah memang berlaku, usaha yang minim mendapat hasil sedikit dan usaha yang rajin akan mendapatkan lebih besar. Tapi ingatlah, Allah Maha Kaya dan Kuasa, bukanlah hal yang susah dan rumit ketika Dia akan mencurahkan rizki yang banyak dan barokah kepada siapapun.
عَنْ اَبِى سَعِيْدِ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: التَّاجِرُ الصَّدُوْقُ اْلأَمِيْنُ مَعَ النَّبِيّيْنَ وَ الصّدّيْقِيْنَ وَ الشُّهَدَاءِ

Dari Abu Sa’id (Al-Khudriy RA), dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Pedagang yang jujur lagi menjaga amanat akan bersama Nabi-nabi, orang-orang yang jujur dan orang-orang yang mati syahid”. [HR. Tirmidzi juz 2, hal. 341, no. 1227, dan ia berkata, "Ini hadits hasan"]

2. Memakai Cara-cara yang Halal

Inilah yang krusial. Inilah yang membuat status rizki yang dihasilkan. Jika kita menimbang dengan curang, menakar tidak sesuai, melakukan kolusi dan bahkan korupsi maka dipastikan hasilnya Haram.
وَ اَوْفُوا اْلكَيْلَ اِذَا كِلْتُمْ وَ زِنُوْا بِاْلقِسْطَاسِ اْلمُسْتَقِيْمِ، ذلِكَ خَيْرٌ وَّ اَحْسَنُ تَأْوِيْلاً

Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. [QS. Al-Israa' : 35]

Jika mengejar keuntungan dengan menyikut lawan, memfitnah dan mendholimi orang lain maka bisa dipastikan hasil yang didapat jauh dari kehalalan.
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص مَرَّ عَلَى صُبْرَةِ طَعَامٍ فَاَدْخَلَ يَدَهُ فِيْهَا فَنَالَتْ اَصَابِعُهُ بَلَلاً، فَقَالَ: مَا هذَا يَا صَاحِبَ الطَّعَامِ؟ قَالَ: اَصَابَتْهُ السَّمَاءُ يَا رَسُوْلَ اللهِ، قَالَ: اَفَلاَ جَعَلْتَهُ فَوْقَ الطَّعَامِ كَيْ يَرَاهُ النَّاسُ، مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنّى. مسلم

Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah SAW pernah lewat pada segundukan bahan makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke dalam gundukan bahan makanan itu sehingga jari-jari beliau mendapati sesuatu yang basah. Rasulullah SAW bertanya, “Apa ini hai penjual bahan makanan ?”. Penjual itu menjawab, “Ya Rasulullah, itu karena hujan”. Beliau bersabda, “Mengapa tidak kamu letakkan di bagian atas agar orang-orang (pembeli) mengetahuinya ? Barangsiapa yang menipu, maka bukan golonganku”. [HR. Muslim juz 1, hal. 99]

3. Manajemen Waktu

Lagi asyik kerja, melayani pelanggan atau client tiba-tiba ada panggilan Adzan maka apa yang anda lakukan?. Ibadah Shalat paling baik dilakukan di awal waktu. Seorang pekerja juga tidak akan korupsi waktu, jika kesepakatan yang disetujui adalah jam 8 to 5. Mustinya dia berusaha untuk datang tidak terlambat dan pulang sesuai waktu yang telah ditentukan. Dengan manajemen waktu, diharapkan bisa bekerja dengan efektip dan hasil yang maksimal. Panggilah ibadah atau panggilan jihad tidak akan terganggu oleh pekerjaan. InsyaAllah
فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّهُ أَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فِيهَا بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ (٣٦)رِجَالٌ لا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالأبْصَارُ

Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (QS.An Nur : 36-37)

4. Pasrah Atas Hasil

Sungguh indah manusia beriman, jika mendapat rizki sedikit tetap sabar dan jika memperoleh melimpah atau sesuai harapan pasti bersyukur. Rumus pekerjaan telah dilakukan, waktu dan tenaga telah dimaksimalkan maka kepasrahan kepada Allah adalah kunci memperoleh hasil yang barokah. Tidak ada perasaan takut dan sedih ketika mendapati hasilnya belum sesuai yang diharapkan. Bisa jadi itulah yang terbaik, Allah yang paling tahu dan mengerti akan kecukupan kebutuhan hamba-Nya
عَنْ صُهَيْبٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: عَجَبًا ِلاَمْرِ اْلمُؤْمِنِ، اِنَّ اَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ. وَ لَيْسَ ذَاكَ ِلاَحَدٍ اِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ. اِنْ اَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ. وَ اِنْ اَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ. مسلم

Dari Shuhaib, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Mengagumkan sekali urusannya orang mukmin itu. Sesungguhnya urusannya, semuanya menjadi kebaikan baginya. Dan tidak ada yang mendapatkan demikian itu seseorangpun kecuali orang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, bersyukur. Maka yang demikian itu adalah menjadi kebaikan baginya. Dan apabila ditimpa suatu mushibah, bershabar. Maka yang demikian itu menjadi kebaikan pula baginya”. [HR. Muslim juz 4, hal. 2295]

5. Memberikan sebagian Hasil.

Salah satu bentuk syukur ketika menerima rizki dari Allah adalah menunaikan titipan harta yang tercampur dalam rizki kita kepada yang berhak. Zakat pada dasarnya memang bukan milik kita, celakalah orang yang menyembunyikannya atau bahkan memakannya. Dan sikap Kikir dan Boros adalah pekerjaan Syetan.
آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَأَنْفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ فَالَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَأَنْفَقُوا لَهُمْ أَجْرٌ كَبِيرٌ

Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar. (QS.Al Hadid : 7)

Bentuk syukur selanjutnya adalah gemar berinfaq sedekah. Hukum perdagangan yang dijamin sangat besar labanya adalah hanyalah melakukan jul-beli dengan Allah. Allah Maha Melihat dan Maha benar janjinya, bukan perkara yang sulit jika Allah memberikan bonus rizki kepada hambaNya yang beriman dan beramal shaleh.

6. Menggunakan Hasil dalam Kebaikan

Melihat kembali hadist dalam alinea pembuka. Rizki yang halal tetap akan dituntut dibelanjakan dengan cara dan peruntukan yang halal pula. Bahkan Rasulullah SAW-pun memberikan rambu-rambu, kalau beramal kebaikan dengan rizki haram tidak akan diterima.

Pola pikir yang salah besar, bila beranggapan jika sebagian hasil korupsi dipakai menyumbang anak yatim dan mesjid bisa memberikan ampunan Allah atau memutihkan hasil korupsi yang telah sengaja dilakukan.
عَنْ كَعْبِ بْنِ عُجْرَةَ قَالَ: قَالَ النَّبِيَّ ص: يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ اِنَّهُ لاَ يَدْخُلُ اْلجَنَّةَ لَحْمٌ وَ دَمٌ نَبَتَا عَلَى سُحْتٍ، اَلنَّارُ اَوْلَى بِهِ. يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ، اَلنَّاسُ غَادِيَانِ. فَغَادٍ فِى فِكَاكِ نَفْسِهِ فَمُعْتِقُهَا، وَ غَادٍ مُوْبِقُهَا. يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ، اَلصَّلاَةُ قُرْبَانٌ وَ الصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ وَ الصَّوْمُ جُنَّةٌ، وَ الصَّدَقَةُ تُطْفِئُ اْلخَطِيْئَةَ كَمَا يَذْهَبُ اْلجَلِيْدُ عَلَى الصَّفَا

Dari Ka‘ab bin ‘Ujrah, dia berkata : Nabi SAW bersabda, “Hai Ka‘ab bin ‘Ujrah, sesungguhnya tidak akan masuk surga daging dan darah yang tumbuh dari barang yang haram, neraka lebih pantas baginya. Hai Ka‘ab bin ‘Ujrah, manusia itu memasuki waktu pagi ada dua macam : pertama, orang yang mampu menahan nafsunya, maka dia membebaskannya (dari neraka). Kedua, orang yang membinasakan dirinya. Hai Ka‘ab bin ‘Ujrah, shalat itu pendekatan diri (kepada Allah), shadaqah itu tanda bukti keimanan, dan puasa itu perisai. Shadaqah bisa menghapus kesalahan sebagaimana meluncurnya hujan es di atas batu licin“. [HR. Ibnu Hibban juz 12, hal. 378, no. 5567]

7. Tidak ada kamus Malas dan Putus asa

Unsur dari rumus menuju taqwa adalah ujian dari Allah. Terkadang ketika berburu rizki menemui hal-hal yang tidak diinginkan dan diluar rencana. Rugi besar karena dibohongi orang, salah dalam perhitungan, dikhianati partner kerja, difitnah oleh kolega ataupun berbagai kejadian yang sungguh tidak mengenakkan. Nah, jiak tidak sadar maka itulah yang terkadang membuat hati menjadi putus asa.
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS.Az Zumar : 53)

Bolehlah kita kecewa sejenak, tetapi jadikanlah itu sebagai sarana untuk mengkoreksi diri dan jika ada kesalahan lekas bertaubat. Jangan berlama-lama dalam kekecewaan dan lekaslah bangkit kembali. Tidak ada kesuksesan tanpa kegagalan. Bangkrut, rugi atau gagal hanyalah kesuksesan yang tertunda.
عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: طَلَبُ اْلحَلاَلِ وَاجِبٌ عَلَى كُلّ مُسْلِمٍ. الطبرانى فى الاوسط

Dari Anas bin Maalik dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Mencari yang halal adalah wajib atas setiap orang Islam”. [HR. Thabrani di dalam Al-Ausath]

Semoga bermanfaat